Blog
Ghotizan: Dari Lereng Wonosobo Menuju Negeri Para Ulama
- 25/07/2025
- Posted by: Chandra Nurpadilah
- Category: Afwaja center Universitas Al-Azhar
Ciamis – Di balik udara sejuk pegunungan dan kesederhanaan hidup di desa Ngaglik, Pancurwening, Wonosobo, seorang pemuda bernama M. Ghotizan Aldin Alpaana tengah menapaki jalan panjang menuju salah satu cita-cita terbesarnya: menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Lahir pada 16 Juni 2009, Ghotizan adalah santri dari Pesantren Mumtazza, Prapes, Banjarnegara. Meski masih muda, ia telah menanamkan cita-cita mulia dalam dirinya: menjadi pendakwah dan penuntut ilmu sejati. Jalan yang ia pilih bukan tanpa alasan. Bagi Ghotizan, belajar ke Mesir bukan sekadar impian pribadi, melainkan juga bentuk baktinya kepada orang tua dan upaya untuk mencari ridha Allah.
“Alasan utama saya ingin kuliah ke Al-Azhar adalah untuk mencari ridha Allah dan ridha orang tua. Saya ingin melestarikan tradisi keilmuan dan mengangkat derajat keluarga saya,” ujarnya penuh keyakinan.
Tahapan Awal di Afwaja Center
Untuk bisa diterima di Universitas Al-Azhar, Ghotizan saat ini mengikuti program Dauroh Ta’hiliyah—program pembekalan bahasa Arab dan ilmu dasar keislaman selama 30–45 hari yang menjadi gerbang awal bagi para calon mahasiswa asing non-Al-Azhar.
Di sinilah ia merasakan pengalaman belajar yang berbeda. Dosen-dosen yang berasal langsung dari Al-Azhar dan lingkungan belajar yang kondusif membuatnya semakin yakin bahwa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang tepat.
“Kesan saya selama di Afwaja Center sangat luar biasa. Meski tidak langsung berada di Mesir, suasananya sudah terasa. Kami dibimbing oleh para ustadz dan dosen dengan metode yang mengarah langsung ke kurikulum Al-Azhar,” jelasnya.
Ia pun mengungkapkan pesan dan harapan terhadap lembaga yang telah banyak membimbingnya itu.
“Saya berharap Afwaja bisa terus maju dan konsisten menjadi jembatan bagi para pemuda Indonesia yang ingin belajar ke Mesir. Terima kasih telah membantu kami memahami materi dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.”
Mimpi yang Ingin Dikejar
Bagi Ghotizan, Mesir bukan sekadar tempat menimba ilmu. Ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik, memperkuat hafalan Al-Qur’an hingga 30 juz, dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari para ulama Al-Azhar.
“Saya ingin menyerap ilmu Al-Azhar sebanyak mungkin. Harapan saya, ketika pulang nanti, saya bisa mengamalkan ilmu tersebut dan menjadi pribadi yang bermanfaat,” tuturnya.
Meski mengaku belum memiliki prestasi yang menonjol, Ghotizan melihat keberadaannya di pesantren sebagai sebuah pencapaian besar.
“Menurut saya, bisa berada di pesantren adalah prestasi. Jika saya sekolah umum, mungkin saya tidak akan mendapat wasilah sebesar ini untuk mewujudkan cita-cita saya dan keinginan orang tua.”
Tak hanya itu, ia juga menyebut satu keahlian unik yang pernah ia jalani dengan bangga—memangkas rambut teman-temannya di pondok. Sebuah keterampilan kecil yang mencerminkan keuletan dan keinginan untuk terus berkembang.
Perjalanan Ghotizan adalah kisah tentang mimpi besar yang tumbuh dari desa kecil. Tentang semangat seorang pemuda yang ingin mengabdi kepada ilmu, agama, dan orang tuanya. Ia tahu jalan yang ia pilih tidak mudah, namun ia percaya bahwa dengan tekad dan doa, langkahnya akan sampai ke negeri para ulama.