Blog
Kisah Santri Afwaja Center Miliki Segudang Prestasi di Bidang Hadits
- 30/08/2025
- Posted by: Chandra Nurpadilah
- Category: Afwaja center Pendidikan
Ciamis – Di sebuah kota berhawa sejuk bernama Ciamis, seorang gadis muda bernama Taqiyya Shafarani tengah mengukir sejarahnya sendiri. Datang dari Jakarta, ia kini mengikuti Dauroh Ta’hiliyah, sebuah program intensif yang menjadi syarat penting bagi siapa pun yang ingin menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir. Program ini bukan sekadar kelas biasa, melainkan sebuah perjalanan pematangan diri—ilmiah dan spiritual—sebelum menghadapi Ujian Hadatsah Mu’adalah, gerbang terakhir menuju universitas impian.
“Selama mengikuti Dauroh Ta’hiliyah, saya mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ini sangat berarti bagi saya,” ucap Taqiyya, matanya berbinar penuh semangat. Ucapannya singkat, tapi terasa tulus dan dalam.
Dari Pesantren Sains ke Negeri Para Ulama
Taqiyya bukanlah gadis biasa. Ia adalah alumni Pondok Pesantren Sains Salman Assalam di Cirebon, sebuah lembaga yang memadukan antara ilmu agama, sains, dan bahasa. Di sanalah ia tumbuh—bukan hanya dalam hafalan, tetapi juga dalam cara berpikir, bertindak, dan bermimpi besar. Kurikulum terpadu itu membentuknya menjadi pribadi yang seimbang, berakar kuat dalam nilai-nilai Islam namun tetap terbuka pada ilmu pengetahuan modern.
Sejak menyelesaikan pendidikannya di pesantren, Taqiyya telah menanam tekad yang bulat: ia ingin melanjutkan studi ke luar negeri, tepatnya ke Universitas Al-Azhar di Kairo—sebuah nama yang sejak dahulu harum sebagai kiblat ilmu keislaman dunia.
“Saya ingin memperdalam ilmu agama di Universitas Al-Azhar dan menambah pengalaman hidup yang baru. Saya juga ingin membanggakan banyak orang, terutama kedua orang tua saya, dan menjadi mahasiswa yang berprestasi serta rajin belajar,” katanya dengan suara lirih, namun penuh keyakinan.
Hadis: Jalan Cinta dan Prestasi
Kecintaan Taqiyya pada Universitas Al-Azhar tidak lahir begitu saja. Sejak masih di pesantren, ia telah memperlihatkan ketertarikan mendalam terhadap ilmu hadis. Bukan hanya membaca dan menghafal, ia juga menjiwainya—mencoba memahami makna dan hikmah dari setiap sabda Nabi.
Ketekunan itu membawanya menorehkan prestasi dalam ajang Musabaqah Hifdzul Hadits (MHH). Dalam tiga tahun berturut-turut, namanya selalu masuk dalam jajaran juara:
Juara 1 MHH 500 Hadis Tanpa Sanad (2022)
Juara 2 MHH 500 Hadis Tanpa Sanad (2023)
Juara 1 MHH 500 Hadis Tanpa Sanad (2024)
Tak heran jika dalam program dauroh kali ini, ia menjadi salah satu peserta yang paling menonjol. Bukan hanya karena prestasinya, tapi juga karena kesungguhannya.
Langkah Pasti Menuju Al-Azhar
Kini, di penghujung program Dauroh Ta’hiliyah, Taqiyya berdiri di titik yang sangat menentukan. Ujian Hadatsah Mu’adalah tinggal menghitung hari. Namun alih-alih gentar, ia justru makin mantap melangkah. Ada semangat yang membakar dalam dirinya, semangat untuk menjadi bagian dari generasi muda Indonesia yang berilmu dan berakhlak.
Dengan hafalan hadis yang kuat, pemahaman agama yang mendalam, dan tekad baja yang tak mudah goyah, Taqiyya Shafarani terus melangkah menuju mimpinya. Keberangkatannya ke Al-Azhar bukan hanya tentang pendidikan, tapi juga tentang harapan—bahwa kelak ia akan kembali, membawa cahaya ilmu dan keteladanan untuk tanah air tercinta.